TARI
KREASI TUNGGAL NUSANTARA
Berdasarkan atas temanya, tari dibagi
menjadi 2, yaitu :
·
Tari
Dramatik
·
Tari Non
Dramatik
1.
Tari
Dramatik
Tari dramatik
adalah tari yang bercerita, baik itu dilakukan oleh seorang penari maupun oleh
beberapa orang penari.
Contohnya :
TARI WAYANG WONG (JAWA TENGAH)

Wayang wong adalah Seni pertunjukan Tradisional
yang mengambil Epos Ramayana yang dimainkan oleh tokoh manusia dengan kostum
yang telah di sesuaikan dan memakai topeng sesuai dengan tokoh karakter
masing-masing.
Wayang wong pada umumnya diiringi oleh tabuh bebatelan, dimana pertunjukan ini sejenis Parwa, Dramatari gambuh dan drama tari cupak grantang.
Namun wayang wong melibatkan banyak pemain / tokoh dan memiliki ciri khas tersendiri misalnya, memakai tokoh kera, paksi (Burung, raksasa dll.).
Kalau diartikan wayang berarti bayangan atau ceritera yang diangkat dari seni pewayangan, sedangkan Wong berarti manusia. Jadi wayang wong maksudnya tokoh pewayangan dimainkan oleh manusia.Wayang wong biasanya secara tradisional, sekaanya / groupnya pada umumnya beranggotakan dari krama pamaksan pura dan dengan perkembangan jaman wayang pun sampai saat sekarang ini biasanya berfungsi ganda, misalnya disamping merupakan tarian sakral ( Wali ) juga merupakan tarian Bebali dan Balih Balihan, serta tidak jarang dipublikasikan lewat media seperti Televisi, Radio dll.
Wayang wong pada umumnya diiringi oleh tabuh bebatelan, dimana pertunjukan ini sejenis Parwa, Dramatari gambuh dan drama tari cupak grantang.
Namun wayang wong melibatkan banyak pemain / tokoh dan memiliki ciri khas tersendiri misalnya, memakai tokoh kera, paksi (Burung, raksasa dll.).
Kalau diartikan wayang berarti bayangan atau ceritera yang diangkat dari seni pewayangan, sedangkan Wong berarti manusia. Jadi wayang wong maksudnya tokoh pewayangan dimainkan oleh manusia.Wayang wong biasanya secara tradisional, sekaanya / groupnya pada umumnya beranggotakan dari krama pamaksan pura dan dengan perkembangan jaman wayang pun sampai saat sekarang ini biasanya berfungsi ganda, misalnya disamping merupakan tarian sakral ( Wali ) juga merupakan tarian Bebali dan Balih Balihan, serta tidak jarang dipublikasikan lewat media seperti Televisi, Radio dll.
TARI LENGENDRIYAN (SURAKARTA)

Langendriyan adalah tradisi Jawa; sebuah seni drama tari.
Dipentaskan dengan menggabungkan bunyi, narasi, gerakdan mimik muka. Langendriyan
ini sangat jarang dipentaskan; salah satunya dikarenakan tuntutan peran
peraga yang tidak hanya harus luwes menari, namun juga harus bisa melagukan
dialog (antawecana) secara spesifik nembang Macapat Tengahan serta kuat
dalam penghayatan tokoh. Salah satu ciri dari Langendriyan ini adalah selama
pementasannya tari tidak dilakukan dengan berdiri utuh namun dengan berjongkok
dan sesekali bertumpu pada lutut. Bisa dibayangkan bagaimana menari ini
membutuhkan stamina dan fisik yang luar biasa.
Versi Kasunanan Surakarta diceritakan bahwa tradisi ini bermula dari
tradisi 'ura-ura' atau menembang yang dilakukan oleh buruh batik di
perusahaan batik milik Godlieb di daerah Pasar Pon, Solo, pada masa
Mangkunegoro IV (1853-1881) oleh Raden Mas Haria Tandakusuma, menantunya.
Sedangkan menurut Kasultanan Yogyakarta Langendriyan ini diciptakan oleh Raden
Tumenggung Purwaduningrat dan KGPAA Mangkubumi, putera Sri Sultan
Hamengkubuwono VI (1876). Bisa dikatakan bahwa Langendriyan adalah salah satu
bentuk teater tari tradisional yang memegang posisi penting pada abad ke -18.
TARI LANGEN MANDRA WANARA (YOGYAKARTA)

Langen Mondro
Wanoro adalah suatu jenis kesenian tradisional yang menyerupai wayang
orang, akan tetapi berbeda dalam dialog dan tariannya.Langen Wondro Wanoro atau
Mandra Wanara adalah salah satu bentuk drama tari Jawa yang mempergunakan
materi tari tradisi klasik gaya Yogyakarta.Drama tari yang menggambarkan banyak
wanara (kera) dan berfungsi sebagai hiburan ini merupakan perkembangan dari
drama tari yang telah ada, yaitu Langendriya yang bersumber dari Serat
Damarwulan. Langen Mandra Wanara bersumber pada kitab Ramayana dan satu
pertunjukan hanya mengambil bagian-bagian tertentu saja dari kitab
tersebut, misalnya Rahwono Gugur, Anggodo Duto dan sebagainya. Untuk
sebuah pementasan Langen Mondro Wanoro dibutuhkan pendukung sebanyak ± 45
orang yang terdiri dari pria dan wanita
TARI SENDRATARI (JAWA, BALI, SUMATERA)
Sendratari
merupakan gabungan drama atau cerita yang disajikan dalam bentuk tarian tanpa
adanya dialog, biasanya diiringi oleh musik (gamelan). Sendratari merupakan sebuah ilmu yang
merupakan salah satu cabang dari bagian ilmu seni yang terdiri dari sebuah
dialog, karakter tokoh-tokoh, penjiwaan sehingga menimbulkan sebuah
cerita. Sendratari ialah gabungan
antara seni drama dan seni tari. para pemain adalah penari - penari berbakat.
rangkaian peristiwa diwujudkan dalam bentuk tari yang diiringi musik. tidak ada
dialog hanya kadang dibantu narasi singkat agar penonton mengetahui peristiwa
yang sedang dipentaskan. Sendratari
ialah drama yang menonjolkan eksposisi.
TARI GOLEK (JAWA TENGAH)
Tari Golek
menggambarkan gadis remaja yang sedang berdandan. Tetapi, penulis percaya, tari
Golek tidak sedangkal itu maknanya. Golek dimungkinkan berarti
mencari. Mencari tuntunan dan jati diri. Ketika berada di akhir pertunjukan Langen
Mandra Wanara fungsinya mengingatkan orang untuk mencari tuntunan dari
sajian certa, ketika berdiri sendiri sebagai tarian tunggal (solo) lepas,
berfungsi sebagai tari tontonan atau pertunjukan. Yang dimaksud tari tunggal
lepas adalah tari yang biasanya dibawakan secara perorangan, dan tidak
menggambarkan tokoh. Tari Golek sebagai tarian lepas, menurut hemat
penulis, menggambarkan pencarian seorang perempuan terhadap: ilmu, pengalaman,
bekal hidup (sekaligus bekal mati), potensi, dan jati diri. Tari golek
ada banyak jenis. Nama aslinya kadang tenggelam dengan nama gendhing
(lagu ) pengiringnya. Yang jelas apa pun namanya, tari golek ada bagian
kenesnya dan anggunnya.
Sebagian di antara tari golek: Golek Clunthang, Golek
Cangklek, Golek Asmarandana, Golek Kenyo Tinembe, Golek Surung Dayung (Kudhup
Sari), Golek Lambang Sari, Golek Ayun-ayun, Golek Pamularsih dan lain-lain.
2.
Tari Non Dramatik
Tari non dramatik adalah tari yang tidak
menyampaikan cerita atau drama yang dilakukan oleh seorang penari maupun oleh
beberapa orang penari.
Contohnya
:TARI PENDET (BALI)

Tari
Pendet pada awalnya merupakan tari
pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat
Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya
dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali
mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap
mengandung anasir
yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I
Wayan Rindi.
Pendet merupakan pernyataan dari
sebuah persembahan dalam bentuk tarian
upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang
memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus
pria dan wanita, dewasa maupun gadis. Tarian ini diajarkan sekedar dengan
mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda
mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung
jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.
TARI TAYUB (JAWA TENGAH)
Tari Tayub
atau acara Tayuban. merupakan salah satu kesenian Jawa yang mengandung unsur
keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip dengan tari Jaipong dari Jawa
Barat. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan penari dalam melakonkan tari
yang dibawakan. Tari tayub mirip dengan tari Gambyong yang lebih populer dari
Jawa Tengah. Tarian ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitan serta acara
kebesaran misalnya hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perayaan kemenangan
dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih desa. Anggota yang ikut dalam
kesenian ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari khususnya wanita.
Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara
acara (pria). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah malam antara jam
9.00-03.00 pagi. Penari tarian tayub lebih dikenal dengan inisiasi ledhek. tari
tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial
masyarakat. beberapa tokoh agama islam menganggap tari tayub melanggar etika
agama , dikarenakan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras.
pada saat menarikan tari tayub sang penari wanita yang disebut ledek mengajak
penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur
kepada pria yang diajak menari tersebut.
TARI GENDING SRIWIJAYA (SUMSEL)
Gending
Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending
Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari Gending Sriwijaya. Baik lagu
maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan
kemaharajaan Sriwijaya
yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara. Tarian ini digelar untuk
menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut, seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara /
pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan
itu. Untuk menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang
salah satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan
kemaharajaan Sriwijaya
di Kota Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan
bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu. Tarian Gending
Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan
Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai.
Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di
belakang sekali adalah penyanyi Gending
Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih
banyak digantikan tape recorder. Dalam bentuk aslinya musik pengiring
ini terdiri dari gamelan dan gong.
Sedang peran pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu
dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa
tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu
istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat
dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih
ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan.
Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri.
Demikianlah pula penari-penari lainnya.
TARI IBING PENCA (JAWA BARAT)

Istilah
Ibing Penca memang berasal dari Jawa Barat. Secara harfiah Ibing Penca dapat
diterjemahkan menjadi Tari Pencak. Tapi para tokoh pencak silat di Jawa Barat
kurang setuju jika ibing penca disebut tari pencak, karena kata “tari”
cenderung lebih menitik beratkan pada unsur tarinya, yaitu suatu seni yang
menampilkan keindahan gerak meskipun gerakannya diambil dari unsur-unsur pencak
silat. Sedangkan “ibing penca” lebih menitikberatkan pada unsur pencak silat,
yaitu gerak yang memiliki fungsi serang bela, walaupun tidak dapat disangkal di
dalamnya juga mengandung unsur-unsur keindahan.
Ada sebagian orang berpendapat
bahwa Ibing Penca adalah bagian dari pencak silat dan bisa digunakan sebagai
software untuk membela diri jika dilatih dengan rutin, namun ada juga yang
berpendapat bahwa Ibing Penca bukanlah pencak silat, melainkan hanya sebatas
seni tari dalam bentuk gerakan pencak silat dan tidak bisa digunakan untuk
membela diri meskipun dilatih dengan serius dan tekun. Di sisi lain ada juga
yang berpendapat bahwa belajar Ibing Penca jika mengerti aplikasi dari setiap
gerakan akan bisa dijadikan alat membela diri, sebab Ibing Penca merupakan
gabungan rangkaian gerak membela diri hanya saja di iringi musik (jika
dipertontonkan), namun dalam praktik latihan sehari-harinya tidak.
TARI JOGED (BALI)
Istilah tari
joged dalam bahasa Indonesia terdiri dari kata tari dan joged. Tari merupakan
ekspresi jiwa manusia yang dituangkan melalui gerak ritmis yang indah,
sedangkan kata joged merupakan tari tandak dan ranggeng, berjoged ( menari )
menurut pengertian, joged merupakan tarian yang sangat demonstratif, lincah dan
tanpa cerita. Tari joged dikatakan sebagai tarian rakyat yang berfungsi sebagai
hiburan atau tari pergaulan ( Drs. Soedarsono ). Pernyataan yang ada dalam buku
Diskripsi Tari Bali menyatakan bahwa secara etimologi kata Joged berarti Tari (
tarian wanita ). Joged dipakai untuk menyebutkan sebuah seni pertunjukkan yang
memiliki aspek-aspek tari sosial yang tinggi nilainya setelah seorang penari
joged menyelesaikan sebuah tarian tunggal yang abstrak bentuknya. Dalam tarian
Joged “ ngibing “ merupakan ajakan penari joged kepada penonton untuk menari
bersama-sama diatas panggung, dan kadang-kadang bisa terjadi kontak tangan,
kadang kala mereka melakukan tarian sejenis tarian bercinta, namun jika mencoba
untuk bagian-bagian terlarang penari joged, maka ia akan terkena pukulan kipas
dari penari joged.
Jenis-Jenis Tari Joged Tari
Joged ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1. Joged Pingitan Joged
Pingitan ini pada awalnya merupakan tari pergaulan yang diayomi di lingkungan
istana dan sekarang menjadi tarian yang disakralkan. Misalnya di banjar
Pekuwudan Sukawati.
2. Adar, Tokohan, Udegan
Merupakan tari pergaulan yang sudah dipelihara oleh masyarakat banyak.
3. Andir Merupakan sejenis
tari pergaulan yang pementasannya dikaitkan dengan ritual keagamaan atau
kepercayaan..
TARI SAMAN (NAD)
Tari ini
adalah penari harus berlutut waktu latihan. Ada seorang penyanyi dan 2 baris
orang yang menyanyi sambil bertepuk tangan. Tari ini unik dan menarik dan penuh
budaya Indonesia. Tari Saman berasal dari Gayo, Aceh. Dan Aceh lokasinya di
Pulau Sumatra. Saman
adalah seorang pemimpin agama Muslim di Aceh.
TARI
TOR-TOR (SUMUT)
Gerakan tarian ini seirama
dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat musik
tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain. Menurut
sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh.
TARI PIRING (SUMBAR)

Tari Piring
merupakan seni tari yang dimiliki oleh orang Minangkabau. Tarian ini diiringi
lagu yang dimainkan dengan talempong dan saluang, dimana gerakannya dilakukan
dengan cepat sambil memegang piring di telapak tangan mereka. Kadangkala
piring-piring tersebut mereka lempar ke udara atau mereka menghempaskannya ke
tanah dan diinjak oleh para penari tersebut dengan kaki telanjang.
TARI ZAPIN (RIAU)
Merupakan
salah satu dari beberapa jenis tarian Melayu yang masih eksis sampai sekarang.
Tarian ini diinspirasikan oleh keturunan Arab yang berasal dari Yaman. Menurut
sejarah, tarian Zapin pada mulanya merupakan tarian hiburan di kalangan
raja-raja di istana setelah dibawa dari Yaman oleh para pedagang-pedagang di
awal abad ke-16. Masyarakat Melayu termasuk seniman dan budayawannya memiliki
daya kreasi yang tinggi.
TARI SEKAPUR SIRIH (JAMBI)
Merupakan
tari Persembahan Jambi yang ditata oleh Firdaus Chatab 1962. dan ditata ulang
oleh Hundrick ini, berfungsi untuk menyambut tamu-tamu penting. Tari ini
menggambarkan ungkapan rasa putih hati masyarakat dalam menyambut tamu.
TARI ANDUN (BENGKULU)

Tari Andun
merupakan salah satu tarian rakyat yang dilakukan pada saat pesta perkawinan.
Biasanya dilakukan oleh para bujang dan gadis secara berpasangan pada malam
hari dengan diringi musik kolintang. Pada zaman dahulu, tari andun biasanya
digunakan sebagai sarana mencari jodoh setelah selesai panen padi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar