Selasa, 18 November 2014

TARI KREASI TUNGGAL NUSANTARA

TARI KREASI TUNGGAL NUSANTARA

Berdasarkan atas temanya, tari dibagi menjadi 2, yaitu :
·         Tari Dramatik
·         Tari Non Dramatik


1.      Tari Dramatik

Tari dramatik adalah tari yang bercerita, baik itu dilakukan oleh seorang penari maupun oleh beberapa orang penari.
Contohnya :

TARI WAYANG WONG (JAWA TENGAH)


Wayang wong adalah Seni pertunjukan Tradisional yang mengambil Epos Ramayana yang dimainkan oleh tokoh manusia dengan kostum yang telah di sesuaikan dan memakai topeng sesuai dengan tokoh karakter masing-masing.
Wayang wong pada umumnya diiringi oleh tabuh bebatelan, dimana pertunjukan ini sejenis Parwa, Dramatari gambuh dan drama tari cupak grantang.
Namun wayang wong melibatkan banyak pemain / tokoh dan memiliki ciri khas tersendiri misalnya, memakai tokoh kera, paksi (Burung, raksasa dll.).
Kalau diartikan wayang berarti bayangan atau ceritera yang diangkat dari seni pewayangan, sedangkan Wong berarti manusia. Jadi wayang wong maksudnya tokoh pewayangan dimainkan oleh manusia.Wayang wong biasanya secara tradisional, sekaanya / groupnya pada umumnya beranggotakan dari krama pamaksan pura dan dengan perkembangan jaman wayang pun sampai saat sekarang ini biasanya berfungsi ganda, misalnya disamping merupakan tarian sakral ( Wali ) juga merupakan tarian Bebali dan Balih Balihan, serta tidak jarang dipublikasikan lewat media seperti Televisi, Radio dll.

TARI LENGENDRIYAN (SURAKARTA)

Langendriyan adalah tradisi Jawa; sebuah seni drama tari. Dipentaskan dengan menggabungkan bunyi, narasi, gerakdan mimik muka. Langendriyan ini sangat jarang dipentaskan; salah satunya dikarenakan tuntutan peran  peraga yang tidak hanya harus luwes menari, namun juga harus bisa melagukan dialog (antawecana) secara spesifik nembang Macapat Tengahan serta kuat dalam penghayatan tokoh. Salah satu ciri dari Langendriyan ini adalah selama pementasannya tari tidak dilakukan dengan berdiri utuh namun dengan berjongkok dan sesekali bertumpu pada lutut. Bisa dibayangkan bagaimana menari ini membutuhkan stamina dan fisik yang luar biasa.
Versi Kasunanan Surakarta diceritakan bahwa tradisi ini bermula dari tradisi 'ura-ura' atau menembang yang dilakukan oleh buruh batik di perusahaan batik milik Godlieb di daerah Pasar Pon, Solo, pada masa Mangkunegoro IV (1853-1881) oleh Raden Mas Haria Tandakusuma, menantunya. Sedangkan menurut Kasultanan Yogyakarta Langendriyan ini diciptakan oleh Raden Tumenggung Purwaduningrat dan KGPAA Mangkubumi, putera Sri Sultan Hamengkubuwono VI (1876). Bisa dikatakan bahwa Langendriyan adalah salah satu bentuk teater tari tradisional yang memegang posisi penting pada abad ke -18.

TARI LANGEN MANDRA WANARA (YOGYAKARTA)

Langen Mondro Wanoro adalah suatu jenis kesenian tradisional yang menyerupai wayang orang, akan tetapi berbeda dalam dialog dan tariannya.Langen Wondro Wanoro atau Mandra Wanara adalah salah satu bentuk drama tari Jawa yang mempergunakan materi tari tradisi klasik gaya Yogyakarta.Drama tari yang menggambarkan banyak wanara (kera) dan berfungsi sebagai hiburan ini merupakan perkembangan dari drama tari yang telah ada, yaitu Langendriya yang bersumber dari Serat Damarwulan. Langen Mandra Wanara bersumber pada kitab Ramayana dan satu pertunjukan hanya mengambil bagian-bagian tertentu saja dari kitab tersebut, misalnya Rahwono Gugur, Anggodo Duto dan sebagainya. Untuk sebuah pementasan Langen Mondro Wanoro dibutuhkan pendukung sebanyak ± 45 orang yang terdiri dari pria dan wanita
TARI SENDRATARI (JAWA, BALI, SUMATERA)

Sendratari merupakan gabungan drama atau cerita yang disajikan dalam bentuk tarian tanpa adanya dialog, biasanya diiringi oleh musik (gamelan). Sendratari merupakan sebuah ilmu yang merupakan salah satu cabang dari bagian ilmu seni yang terdiri dari sebuah dialog, karakter tokoh-tokoh, penjiwaan sehingga  menimbulkan sebuah cerita. Sendratari ialah gabungan antara seni drama dan seni tari. para pemain adalah penari - penari berbakat. rangkaian peristiwa diwujudkan dalam bentuk tari yang diiringi musik. tidak ada dialog hanya kadang dibantu narasi singkat agar penonton mengetahui peristiwa yang sedang dipentaskan. Sendratari ialah drama yang menonjolkan eksposisi.
TARI GOLEK (JAWA TENGAH)
Tari Golek menggambarkan gadis remaja yang sedang berdandan. Tetapi, penulis percaya, tari Golek tidak sedangkal itu maknanya.  Golek dimungkinkan berarti mencari. Mencari tuntunan dan jati diri. Ketika berada di akhir pertunjukan Langen Mandra Wanara fungsinya mengingatkan orang untuk mencari tuntunan dari sajian certa, ketika berdiri sendiri sebagai tarian tunggal (solo) lepas, berfungsi sebagai tari tontonan atau pertunjukan. Yang dimaksud tari tunggal lepas adalah tari yang biasanya dibawakan secara perorangan, dan tidak menggambarkan tokoh. Tari Golek sebagai tarian lepas, menurut hemat penulis, menggambarkan pencarian seorang perempuan terhadap: ilmu, pengalaman, bekal hidup (sekaligus bekal mati), potensi, dan jati diri. Tari golek ada banyak jenis. Nama aslinya kadang tenggelam dengan nama gendhing (lagu ) pengiringnya. Yang jelas apa pun namanya, tari golek ada bagian kenesnya dan anggunnya.
Sebagian di antara tari golek: Golek Clunthang, Golek Cangklek, Golek Asmarandana, Golek Kenyo Tinembe, Golek Surung Dayung (Kudhup Sari), Golek Lambang Sari, Golek Ayun-ayun, Golek Pamularsih dan lain-lain.









2.      Tari Non Dramatik
Tari non dramatik adalah tari yang tidak menyampaikan cerita atau drama yang dilakukan oleh seorang penari maupun oleh beberapa orang penari.
Contohnya :
TARI PENDET (BALI) 

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi.
Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis. Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.
            TARI TAYUB (JAWA TENGAH)

Tari Tayub atau acara Tayuban. merupakan salah satu kesenian Jawa yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip dengan tari Jaipong dari Jawa Barat. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan penari dalam melakonkan tari yang dibawakan. Tari tayub mirip dengan tari Gambyong yang lebih populer dari Jawa Tengah. Tarian ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitan serta acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perayaan kemenangan dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih desa. Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari khususnya wanita. Penari tari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara (pria). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah malam antara jam 9.00-03.00 pagi. Penari tarian tayub lebih dikenal dengan inisiasi ledhek. tari tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat. beberapa tokoh agama islam menganggap tari tayub melanggar etika agama , dikarenakan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras. pada saat menarikan tari tayub sang penari wanita yang disebut ledek mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak menari tersebut.
TARI GENDING SRIWIJAYA (SUMSEL)

Gending Sriwijaya merupakan lagu dan tarian tradisional masyarakat Kota Palembang, Sumatera Selatan. Melodi lagu Gending Sriwijaya diperdengarkan untuk mengiringi Tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara. Tarian ini digelar untuk menyambut para tamu istimewa yang bekunjung ke daerah tersebut, seperti kepala negara Republik Indonesia, menteri kabinet, kepala negara / pemerintahan negara sahabat, duta-duta besar atau yang dianggap setara dengan itu. Untuk menyambut para tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah satunya adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan kemaharajaan Sriwijaya di Kota Palembang yang mencerminkan sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap tamu yang istimewa itu. Tarian Gending Sriwijaya digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede, Selendang Mantri, paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder. Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang peran pengawal kadang-kadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan. Persembahan Sekapur Sirih ini menurut aslinya hanya dilakukan oleh putri raja, sultan, atau bangsawan. Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya.
           


TARI IBING PENCA (JAWA BARAT)

            Istilah Ibing Penca memang berasal dari Jawa Barat. Secara harfiah Ibing Penca dapat diterjemahkan menjadi Tari Pencak. Tapi para tokoh pencak silat di Jawa Barat kurang setuju jika ibing penca disebut tari pencak, karena kata “tari” cenderung lebih menitik beratkan pada unsur tarinya, yaitu suatu seni yang menampilkan keindahan gerak meskipun gerakannya diambil dari unsur-unsur pencak silat. Sedangkan “ibing penca” lebih menitikberatkan pada unsur pencak silat, yaitu gerak yang memiliki fungsi serang bela, walaupun tidak dapat disangkal di dalamnya juga mengandung unsur-unsur keindahan.
Ada sebagian orang berpendapat bahwa Ibing Penca adalah bagian dari pencak silat dan bisa digunakan sebagai software untuk membela diri jika dilatih dengan rutin, namun ada juga yang berpendapat bahwa Ibing Penca bukanlah pencak silat, melainkan hanya sebatas seni tari dalam bentuk gerakan pencak silat dan tidak bisa digunakan untuk membela diri meskipun dilatih dengan serius dan tekun. Di sisi lain ada juga yang berpendapat bahwa belajar Ibing Penca jika mengerti aplikasi dari setiap gerakan akan bisa dijadikan alat membela diri, sebab Ibing Penca merupakan gabungan rangkaian gerak membela diri hanya saja di iringi musik (jika dipertontonkan), namun dalam praktik latihan sehari-harinya tidak.
TARI JOGED (BALI)

            Istilah tari joged dalam bahasa Indonesia terdiri dari kata tari dan joged. Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang dituangkan melalui gerak ritmis yang indah, sedangkan kata joged merupakan tari tandak dan ranggeng, berjoged ( menari ) menurut pengertian, joged merupakan tarian yang sangat demonstratif, lincah dan tanpa cerita. Tari joged dikatakan sebagai tarian rakyat yang berfungsi sebagai hiburan atau tari pergaulan ( Drs. Soedarsono ). Pernyataan yang ada dalam buku Diskripsi Tari Bali menyatakan bahwa secara etimologi kata Joged berarti Tari ( tarian wanita ). Joged dipakai untuk menyebutkan sebuah seni pertunjukkan yang memiliki aspek-aspek tari sosial yang tinggi nilainya setelah seorang penari joged menyelesaikan sebuah tarian tunggal yang abstrak bentuknya. Dalam tarian Joged “ ngibing “ merupakan ajakan penari joged kepada penonton untuk menari bersama-sama diatas panggung, dan kadang-kadang bisa terjadi kontak tangan, kadang kala mereka melakukan tarian sejenis tarian bercinta, namun jika mencoba untuk bagian-bagian terlarang penari joged, maka ia akan terkena pukulan kipas dari penari joged.
Jenis-Jenis Tari Joged Tari Joged ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1.    Joged Pingitan Joged Pingitan ini pada awalnya merupakan tari pergaulan yang diayomi di lingkungan istana dan sekarang menjadi tarian yang disakralkan. Misalnya di banjar Pekuwudan Sukawati.
2.    Adar, Tokohan, Udegan Merupakan tari pergaulan yang sudah dipelihara oleh masyarakat banyak.
3.    Andir Merupakan sejenis tari pergaulan yang pementasannya dikaitkan dengan ritual keagamaan atau kepercayaan..
TARI SAMAN (NAD)

Tari ini adalah penari harus berlutut waktu latihan. Ada seorang penyanyi dan 2 baris orang yang menyanyi sambil bertepuk tangan. Tari ini unik dan menarik dan penuh budaya Indonesia. Tari Saman berasal dari Gayo, Aceh. Dan Aceh lokasinya di Pulau Sumatra. Saman adalah seorang pemimpin agama Muslim di Aceh.
            TARI TOR-TOR (SUMUT)

Gerakan tarian ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet batak, dan lain-lain. Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara ritual yang berhubungan dengan roh.


TARI PIRING (SUMBAR)

Tari Piring merupakan seni tari yang dimiliki oleh orang Minangkabau. Tarian ini diiringi lagu yang dimainkan dengan talempong dan saluang, dimana gerakannya dilakukan dengan cepat sambil memegang piring di telapak tangan mereka. Kadangkala piring-piring tersebut mereka lempar ke udara atau mereka menghempaskannya ke tanah dan diinjak oleh para penari tersebut dengan kaki telanjang.
TARI ZAPIN (RIAU)

Merupakan salah satu dari beberapa jenis tarian Melayu yang masih eksis sampai sekarang. Tarian ini diinspirasikan oleh keturunan Arab yang berasal dari Yaman. Menurut sejarah, tarian Zapin pada mulanya merupakan tarian hiburan di kalangan raja-raja di istana setelah dibawa dari Yaman oleh para pedagang-pedagang di awal abad ke-16. Masyarakat Melayu termasuk seniman dan budayawannya memiliki daya kreasi yang tinggi.
TARI SEKAPUR SIRIH (JAMBI)

Merupakan tari Persembahan Jambi yang ditata oleh Firdaus Chatab 1962. dan ditata ulang oleh Hundrick ini,  berfungsi untuk menyambut tamu-tamu penting. Tari ini menggambarkan ungkapan rasa putih hati masyarakat dalam menyambut tamu. 

TARI ANDUN (BENGKULU)

Tari Andun merupakan salah satu tarian rakyat yang dilakukan pada saat pesta perkawinan. Biasanya dilakukan oleh para bujang dan gadis secara berpasangan pada malam hari dengan diringi musik kolintang. Pada zaman dahulu, tari andun biasanya digunakan sebagai sarana mencari jodoh setelah selesai panen padi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar